Introduction
Here we go!
Google August core algorithm 2024 update telah selesai pada tanggal 3 September 2024.
Kami juga telah memiliki data website yang telah recovery dari September Helpful Content Update (HCU) tahun sebelumnya dan website yang recovery dari Core Update terakhir.
Di artikel kali ini, saya akan membahas secara lengkap sehingga Anda memahami apa itu Google Core Algorithm Update, ranking factor baru saat ini, penyebab website turun tajam, serta case study untuk mempercepat recovery.
Jika selama ini website Anda lolos dari HCU Update dan Core Update, that’s good, maka artikel ini saya harap dapat membantu website Anda mempertahankan traffic dan growing di next Google Core Update juga.
Untuk Anda yang pertama kali datang, perkenalkan nama saya Calvin Tedja. Saya adalah CEO & Founder dari OmniRank, sebuah SEO Company yang spesialis di bidang Technical Audit, Onsite SEO, dan Strategic Link Building untuk ranking dan recovery website yang terkena penalty.
Seluruh artikel ditulis sesuai dari hasil analysis 1.000+ keywords dan 200+ website di lab kami. Hal ini untuk memastikan kami memiliki cukup data untuk mengambil kesimpulan.
Berikut adalah salah satu case study website client kami.
Jadi, jika nantinya Anda sudah memahami dengan jelas apa itu Google Algorithm Update, maka Anda tidak akan khawatir dan bahkan Anda akan menunggu next Google Core Update.
Karena di Core Update yaitu akan terjadi perubahan ranking yang “cukup signifikan”.
Minor update sekitar 1-2 bulan sekali.
Major Update sekitar 3-4 bulan sekali (seperti Core update).
Apa itu Google Core Algorithm Update?
Google Core Algorithm Update adalah update yang dilakukan oleh Google setiap beberapa bulan sekali. Posisi ranking website-website yang ada di Google akan berubah lebih signifikan saat terjadi Core Update.
Biasanya Core Update akan berlangsung selama 2-4 mingguan sampai posisi ranking lebih stabil kembali.
Apa yang terjadi saat Google Core Update?
Berikut adalah dikutip dari laman resmi Google.
Jadi, dari laman resmi Google, disampaikan bahwa Core Update yaitu terjadi perubahan secara “broad (luas)” yang berarti meliputi banyak aspek.
Misalnya, dalam sebuah Core Update, Google tidak hanya melakukan update tentang “Link Quality”, melainkan puluhan hingga ratusan perubahan-perubahan kecil sekaligus yang di release dalam satu waktu di dalam Core Update.
Oleh karena itu, akan lebih “challenging” untuk tahu website Anda terkena dampak negatif dari Core Update dari sisi ranking factor apa.
Namun tidak perlu khawatir, akan ada solusi nya juga.
Analogi Core Update dari Google
Google memberikan analogi Core Update dari sisi Content seperti ini:
Misalnya Anda membuat sebuah artikel tentang Top 100 Movies di tahun 2019. Kemudian beberapa tahun kemudian di tahun 2024, Anda akan refresh list filmnya.
Hal ini akan secara natural terjadi. Beberapa film yang baru dan menakjubkan yang sebelumnya belum ada akan menjadi kandidat untuk masuk ke dalam list top 100 Film Anda saat ini.
Dan Anda akan evaluasi kembali beberapa film dan menyadari bahwa mereka pantas di posisi yang lebih atas dari listnya dari sebelumnya.
Perbaikan apa yang disarankan dari Google?
Jika saran perbaikan dari Google, yaitu:
- Hindari terburu-buru menghapus ini dan itu dari website
- Fokus ke membuat konten yang bermanfaat, nyaman dibaca dari sisi struktur konten
- Hindari menghapus konten kecuali memang kontennya tidak bermanfaat maka akan membantu konten berkualitas di website Anda ranking lebih baik.
Namun saran umum seperti ini umumnya sudah sering Anda dengar juga.
Memang saran dari Google terkait membuat Helpful Content tidak salah dan bagus untuk diikuti juga.
Apa hubungan Helpful Content Update dengan Core Update?
Di helpful content documentation, Google sampaikan jika update HCU adalah site-wide signal diantara ranking factor lainnya. Sistem akan otomatis mengidentifikasi konten yang dirasa tidak bermanfaat, memiliki sedikit nilai tambah, dan tidak membantu user untuk mendapat jawabannya.
Google mencoba menghemat resources dan biaya server mereka dengan mengurangi crawl dan tidak perlu index website yang 100% hanya memakai AI content untuk spamming, yang artikelnya tidak ada nilai tambah apapun bagi internet.
Site-wide signal berarti jika website Anda terkena HCU update, maka bukan hanya satu atau dua halaman yang Google tidak suka terkena penurunan ranking, melainkan keseluruhan halaman di website juga akan ikut menurun rankingnya.
Saat ini, Google memberi reward kepada website yang memiliki Helpful Content, yaitu konten yang memiliki nilai tambah bagi internet dan bermanfaat, bukan hanya sekedar menulis ulang tanpa ada informasi tambahan yang berarti.
Dari awal saya hindari memakai AI content di moneysite dan client saya untuk eliminasi hal-hal yang tidak membawa nilai lebih bagi Google dan user, melainkan dengan high quality writing content.
Mengapa AI content termasuk low-added value content?
Karena AI content hanyalah kurasi dari sumber konten yang sudah ada di internet. Tidak ada yang baru.
Terlihat di March Core Update 2024, website yang memakai AI content tanpa edit sama sekali, baik bahasa Inggris maupun Indonesia mengalami deindex.
Bagaimana cara cek traffic drop di website saya?
Google rekomendasi untuk analisa traffic di website kita adalah menunggu satu (1) minggu setelah update selesai rolling out dan kita lihat hasil akhir dari update.
Karena core update bersifat “Broad” seperti dikatakan Google, maka ranking factor yang mempengaruhi naik turun sebuah website meliputi berbagai faktor dan efeknya yaitu mempengaruhi keseluruhan website Anda.
Saat client konsultasi dengan kami, maka kami akan analysis websitenya terlebih dahulu untuk menentukan service apa yang paling tepat untuk case website mereka, apakah Full Managed SEO, Technical Audit, atau dengan Link Building.
Setiap website adalah unique bagi kami dan strategi optimasi kami racik sesuai dengan kebutuhan website client. Tidak pernah ada one-fit-to-all strategi ke seluruh website.
Berikut adalah ranking factor baru yang penting berhubungan dengan August Core Update 2024 untuk Anda ketahui.
1. Catalyst Factor
Catalyst Factor adalah missing key yang jarang diketahui oleh para SEO.
Setelah sebuah website dibangun, baik website baru atau website lama, website tersebut perlu tetap konsisten posting artikel baru dan link building, bukan sekedar set and forget.
Dengan demikian, website kita akan disukai Google karena momentum nya selalu terjaga, karena adanya fresh konten dan new backlinks yang tetap masuk ke website kita.
Catalyst sangat penting terutama untuk yang memakai Aged domain.
Biasanya setelah memakai aged domain, webmaster akan posting puluhan artikel sekaligus, kemudian dilupakan dan tidak lakukan apapun lagi, alhasil traffic nya akan naik signifikan lalu langsung turun tajam.
Di gambar ini adalah contoh website client Omni Rank yang memakai aged domain dan dengan memanfaatkan Catalyst, aman di June 2024 spam update dan August 2024 Core Update dan terus meningkat.
2. Content Pruning Method
Content Pruning adalah ketika Anda idenfikasi halaman-halaman di website yang dalam poin-poin tertentu Google tidak sukai.
Content Pruning cocok terutama untuk website besar yang telah memiliki banyak halaman di website nya, dan seiring dengan banyaknya publish halaman di website (baik artikel ataupun product), tidak disadari ada halaman yang under-perform, outdated, dan kurang relevan dengan topik utama.
Content Pruning bukan sekedar hapus-hapus beberapa halaman lalu traffic website Anda akan meningkat. Melainkan perlu di identifikasi halaman yang outdated dan tidak perform.
Cara Melakukan Content Pruning
1. Buka Google Search Console
2. Pilih website Anda
3. Pilih menu Performance, lalu klik Search Results
4. Di filter date, klik: Last 12 months
5. Lalu klik export, pilih format export, saya sendiri pakai Google Sheet.
Setelah selesai export ke Google Sheet, maka lanjut ke tahap berikut.
6. Klik tab “Pages” di bagian bawah Sheet
7. Pilih menu Data, lalu klik Create filter
8. Klik filter Clicks, lalu pilih “Sort A to Z”
9. Klik filter Top Pages, pilih Filter by Condition, lalu klik Text does not contain.
Masukkan # untuk menampilkan URL artikel yang rapi.
10. Sampai disini, Anda tinggal identifikasi halaman-halaman yang memiliki 0 Clicks dan termasuk outdated, low-perform, serta tidak relevan dengan niche website utama Anda.
Setelah identifikasi halaman yang outdated dan tidak relevan, maka Anda bisa lakukan salah satu dari tiga cara dibawah ini:
- Content refresh: Meningkatkan kualitas artikel, informasi yang akurat, dan relevansi dari sebuah konten.
- Merging content: Menggabungkan beberapa artikel yang serupa atau duplicate content menjadi sebuah artikel utama.
- Delete content: Hapus konten yang outdated, low-perform, dan tidak relevan yang tidak memenuhi kualifikasi.
Case Study Content Pruning
Berikut adalah contoh case study website client Omni Rank yang melakukan content pruning.
Dimana website client ini yaitu jenis ecommerce dengan jualan furniture interior.
Client kami publish seluruh produk serta asuransi dari masing-masing produk menjadi 2 halaman yang berbeda.
Halaman asuransi untuk masing-masing produk tidaklah perlu menjadi satu halaman terpisah karena tidak berhubungan dengan topik utama website ini. Hal ini membuat website nya menjadi terlalu banyak halaman yang membuat konten yang berkualitas susah perform.
Setelah dihapus, maka konten produk utama mulai perform meningkat.
Berikut adalah hasilnya.
3. Pentingnya Social Signals bagi SEO
Social Signals dapat berkontribusi pada E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, and Trustworthiness) ke sebuah brand dan website.
Authoritativeness adalah salah satu akronim dari Google’s concept E-E-A-T yang dipakai untuk evaluasi dan berperan di Google search ranking sistem.
Jika banyak orang di seluruh dunia membicarakan brand Anda dengan cara yang positif di social media, maka Google akan menganggap website Anda sebagai authority di bidang Anda dan dapat memberi peringkat yang lebih tinggi pada situs Anda.
Di Google Search Quality Evaluator Guidelines, di mention total 47 kali terkait social media.
Masuk akal jika Google perlu memperhatikan hal ini dalam mengevaluasi E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) pada orang dan merek.
Ini menjadi masuk akal karena Social shares juga menjadi hal yang Google perhatikan dalam ranking.
Jika sebuah website sangat populer dan banyak diperbincangkan di kalangan blogger (yaitu banyak yang link ke website Anda), namun tidak ada share dari Social Media, maka akan terlihat kurang natural di mata Google.
Sehingga memang perlu di balancing link building campaign kita dengan Social Signals.
Bagaimana cara mendapatkan Social Signals?
Anda bisa mendapat Social Shares ke website Anda melalui:
- Membuat konten viral sehingga banyak di like dan share di Social media
- Paid Ads di Social Media sehingga konten Anda ada aktivitas di social media
- Memakai Social Signals service untuk mendapat REAL shares di Social media (Facebook, Twitter, Pinterest).
4. The Link Buliding Strategy
Saat ini, jika Anda ingin ranking di Google, Anda perlu Diversification Backlink Profile dengan terdapat empat (4) factor ke website Anda.
1. Core links
2. Power links
3. Relevance links
4. Trust Links
Berikut adalah backlink strategy saya.
1. Core Links
Core Links adalah tipe backlink yang pada umumnya dibuat oleh website owner setelah website mereka selesai dibuat. Website owner akan sangat bangga sudah memiliki website dan sebar link website mereka di Social media, Web profiles, Blog, hingga directory business listing.
2. Power links
Power Links adalah link yang berfungsi untuk memberikan power ke keyword target yang ingin kita ranking. Contohnya yaitu contextual homepage PBN Links. Dimana seluruh link juice yang menggiurkan dari sebuah domain yang high authority, dapat passing langsung ke website Anda dan memberi signal ke Google website Anda adalah tentang apa sesuai anchor text yang di backlink.
3. Relevance Links
Relevance Links yaitu links yang berada di blog dengan satu niche (kategori) yang sama dengan website Anda. Contohnya yaitu high quality guest post. Misalnya: Website Anda berada di high competition niche yaitu produk asuransi. Maka Anda perlu tambahan Relevance links dari blog dengan kategori kesehatan atau finansial.
4. Trust Links
Trust Links adalah backlink media nasional yang memang websitenya sudah high authority dan dipercaya oleh Google, misalnya CNN Indonesia, Tempo, Kompas dan sebagainya.
Berikut adalah contoh blog yang konsultasi dengan Omni Rank, dimana mereka sebelumnya tidak mengetahui backlink diverse strategy, yaitu hanya link building dari satu jenis link , tidak ada Social Signals, atau apapun lagi.
Sehingga blog mereka terkena penalty karena kurangnya Diverse Backlink Profile.
5. Membuat Real E-E-A-T Content
E-E-A-T adalah singkatan dari Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness, sebuah konsep yang Google buat untuk reward artikel berkualitas bagi publisher kecil dan independen.
Jadi secara sederhana, Google ingin setiap artikel ditulis oleh seseorang yang pakar di bidangnya atau pemakai di produk yang di review dalam artikel.
Namun dari sisi algoritma, bagaimana kita memberitahu ke Google bahwa artikel yang kita tulis adalah artikel yang kredibel dan dapat dipercaya?
Menambahkan Bumbu Experience di Artikel
Kita dapat boost experience di artikel dengan formula seperti ini.
Formula:
Experience Boost = Personal Anecdote + Opini Subjektif + Konten Objektif
Anekdot = Cerita Singkat Pengalaman Pribadi seolah-olah sudah pakar dan banyak pengalaman.
Opini subjektif = Cerita pengalaman pribadi yang ditulis oleh pembaca.
Konten Objektif = isi artikel yang ditulis berdasarkan kenyataan/fakta/ilmu pengetahuan
Contoh:
- Personal Anecdote: “Saya sudah tidak bisa hitung berapa website Blogger.com yang pernah saya bangun sebagai hobi. Saya membuatnya karena selain mudah untuk daftar, dan juga gratis, dan sudah dapat nama domain yang tidak terlalu jelek (masih bisa dikenali). “Brandname.blogspot.com” masih terlihat bagus, bukan?”
- Subjective Opinion: “Tema blog yang tersedia modern dan mobile-friendly. Saya tidak menyangka jika saya suka cukup banyak desain yang tersedia. Ketika dulu saya pakai Blogger, rata-rata tema yang tersedia adalah standar, kelihatannya Blogger sudah menambah banyak tema yang bagus.“
- Objective Observation: “Perlu Anda ketahui bahwa blog yang dibuat masih standar. Anda perlu masuk ke Dashboard, tambahkan halaman dan konten.”
Tambahkan Author box
Caranya yaitu dengan tambahkan author box dibawah artikel dan isi bio singkat yang berisi tentang expertise penulis artikel. Anda dapat menambahkan link contact di akhir bio.
Jika kita lihat Google Search Quality Guideline, disebutkan bahwa setiap website sebaiknya terdapat informasi contact tentang siapa yang menulis artikel tersebut.
6. Technical Audit Fix
Technical SEO adalah fondasi utama dari sebuah website. Technical SEO adalah bagian dari maintain dan analysis sebuah website dari aspek technical.
Audit berfungsi untuk mengecek apakah sebuah website sudah di optimize secara tepat mulai dari berbagai search engine, seperti Google, Bing, Yahoo dsb.
Ini juga berfungsi untuk memastikan bahwa website Anda tidak ada masalah dari sisi crawlability dan indexation yang menyebabkan search engine kesulitan untuk masuk dan ranking website Anda.
Berikut adalah Technical SEO Audit checklist yang dapat Anda pakai saat troubleshooting website Anda:
Crawl and Indexation Errors
Pastikan URL homepage dan innerpages utama dari website Anda dapat diakses dan terindex oleh Google.
Untuk mengecek URL mana saja yang tidak terindex di Google, caranya yaitu:
Masuk ke Google Search Console > Menu Pages > Filter to /sitemap.xml > Checklist “Noindex”.
Jika Source-nya adalah Website, maka berarti permasalahannya ada di website kita dan ini yang harus kita cek.
Disini lengkap seluruh URL beserta penyebab mengapa URL nya tidak dapat terindex.
Jika Source-nya adalah Google Systems, maka tinggal tunggu waktu bagi Google untuk index.
Isolated Page (no incoming internal links)
Isolated page yaitu halaman URL yang terisolasi sendiri sehingga membuat search engine kesulitan dalam menemukan URL tersebut karena tidak ada internal link yang masuk ke URL tersebut.
Error ini umumnya terjadi pada website custom coding dimana setelah halaman baru sudah di publish, Anda bisa lupa internal linking dari homepage / halaman lain sehingga flow linkingnya tidak mengalir sampai halaman baru tersebut.
Website dengan CMS (misalnya WordPress atau Blogger) sudah menangani masalah ini, dimana saat Anda publish artikel baru, maka artikel baru tersebut akan muncul di homepage dan archive
Solusi untuk Anda yang memakai website custom coding yaitu susun site structure webseite secara bagus untuk handle masalah internal linking.
Broken Links
Broken links disini meliputi URL 404 error (broken URL), internal link ke URL yang Broken, dan 301 Redirect ke URL yang Broken.
Title, Description, Heading Tag Missing
Cek kembali apakah Title, Description dan Heading Tag dari halaman website Anda sudah terisi dengan baik.
HTTPS/HTTP Error
Jika website Anda sudah memakai HTTPS, cek kembali apakah masih ada halaman http yang terindex di Google (belum di redirect ke versi HTTPS).
Caranya yaitu cukup ketik “site:namadomain.com inurl:http” di Google.
Content Duplication (Cannibalization)
Cek apakah ada terjadi content duplication secara internal dimana terdapat lebih dari satu halaman yang membahas keyword yang sama.
Contohnya:
Homepage target: “Catering diet di Jakarta”
Innerpage target: “Katering diet di Jakarta”
Seperti yang dapat Anda perhatikan, 2 halaman yang berbeda diatas membahas 1 topik yang sama yaitu tentang Catering.
Google tidak menyukai hal seperti ini dan jika ini terjadi, biasanya kedua halaman tersebut akan saling bersaing untuk ranking dan biasanya antara rankingnya akan “stuck” atau kedua halamannya turun ranking.
File size image terlalu besar
Gambar sangat mempengaruhi sebuah page size dan umumnya menjadi penyebab utama slow website.
Contohnya: Anda upload 5 gambar dengan ukuran masing-masing gambar 5 mb. Maka untuk loading 1 halaman tersebut membutuhkan 25 mb! (saya temui ini di kasus client website saya)
Solusinya:
Sebelum di upload ke website, di compress terlebih dahulu memakai image compresser online seperti: Tinypng.com
Atau untuk pengguna WordPress, bisa memakai plugin Smush untuk compress image yang sudah telanjur di upload di website Anda.
7. Onsite SEO Audit
Onsite SEO Audit yaitu kita akan cek masalah konten yang sudah ada dari website kita.
Check Thin Content
Thin Content bukan masalah berapa banyak jumlah kata, melainkan mengacu pada content yang jelas-jelas berkualitas rendah seperti yang diberitahu oleh Google.
Berikut adalah contoh yang termasuk thin content:
- Automatically generated content – yaitu content yang di generate secara otomatis memakai tool.
- Duplicate content – Terdapat content yang sama di dalam website Anda sendiri.
- Scraped content – Content yang langsung di copy paste dari website lain dengan rewrite yang sangat sedikit sehingga tidak lolos plagiarisme.
- Thin Affiliate pages – Yaitu halaman yang berisi link produk afiliate seperti Amazon, Shopee, dan di dalam nya hanya terdapat deskripsi produk serta review dari Brand nya, tanpa ada tambahan konten original yang informatif (added value)
Thin Content lebih mudah di identifikasi untuk dilakukan content pruning.
Check Plagiarism Content
Meskipun masalah ini terdengar sepele, terkadang konten yang di tulis oleh team writer yang kita pakai bisa saja ada sangkut di plagiarisme.
Content yang plagiat (copy paste content dari website lain tanpa atau rewrite yang minimal), dapat memberi dampak yang negatif ke website Anda.
Bukan hanya dari sisi penalty SEO, seseorang dapat lapor content Anda ke Google DMCA untuk deindex dari Google terkait artikel yang plagiat. (Begitu pula sebaliknya, Anda dapat melakukannya juga kepada orang yang copy paste artikel Anda)
Untuk cek plagiarisme, Anda bisa memakai: Copyscape.com atau 1Text.com.
Di Omni Content, kami selalu lampirkan screenshot lolos Copyscape Premium dan lolos AI Content di bagian bawah artikel agar Anda free of mind.
Internal Linking Audit
Internal linking Audit penting untuk rutin di audit untuk memastikan Anda hanya internal linking dari Supporting Article yang relevan.
Misalnya homepage Anda tentang Production House in Jakarta, jangan internal linking dari artikel yang terlalu jauh topiknya seperti “Travel Guide” atau “Business opportunity”.
Saya pernah mencoba internal linking dari 2 halaman diatas dengan tujuan untuk meningkatkan relevansi di kota Jakarta, namun malah rnakingnya jadi sangkut di page 2-3.
Setelah saya remove internal linkingnya, keywordnya langsung shoot to page 1 Google.
8. Membangun Topical Authority Website
Topical Authority adalah ketika sebuah website membahas seluruh hal yang berhubungan dengan niche yang ingin Anda ranking, namun tidak duplicate antara satu topik dengan topik lainnya.
Misalnya: Anda ingin ranking tentang “minuman detox terbaik”.
Anda tidak bisa ranking ke page 1 dengan hanya karena Anda menulis artikel 5000 kata tentang “minuman detox terbaik”.
Anda perlu menulis artikel-artikel pendukung untuk memberitahu Google bahwa website Anda adalah expertise soal “minuman detox terbaik” seperti dibawah ini.
Anda dapat cek 5-10 competitor yang ada di page 1 untuk mengetahui topik-topik apa saja yang mereka bahas untuk Anda masukkan di artikel Anda dan dibuat ke dalam sebuah Master Spreadshet.
9. Audit Toxic Backlinks
Yang terakhir adalah audit toxic backlinks.
Berikut checklist yang perlu Anda cek saat melakukan backlink audit:
- Apakah linknya dari real site atau blog spammy yang dibuat khusus untuk jualan backlink saja bahkan dengan AI content? Link seperti ini tidak ada manfaat bagi user dan Google.
- Tipe Backlinknya bagaimana? Apakah berupa comment spam, sitebar dan non-relevant links yang merupakan toxic links?
- Bagaimana dengan anchor text nya? Apakah relevan dengan website Anda atau kena serangan negative SEO dari competitor?
- Apakah linknya terlihat (hidden link)?
- Apakah site nya authority? Ahrefs DR atau Moz DA dapat membantu.
- In a bad neighborhood? Apakah link tersebut terdapat di dalam website yang di campur aduk dengan konten dewasa?
Jika Anda mendapat low quality links seperti diatas, maka Anda dapat contact pemilik webmaster untuk minta tolong hapus link Anda dari website mereka.
Jika Anda tidak menemukan contact webmaster atau tidak ada balasan dari email Anda, maka Anda dapat memakai Google Disavow Tool.
Saya personally jarang dan berhati-hati memakai Google Disavow Tool kecuali website client terkena penalty manual action ataupun penalty algoritma yang berat misalnya trafficnya tiba2 hilang -60%.
Jika seluruh konten dari domain tersebut berisi konten yang spammy, maka disavow seluruh domain dengan cara “domain: “, jika tidak maka cukup single URL tersebut.
Apakah Boleh Publish Content Selama Core Update?
Sure, selama kita publish high quality content, it’s good. Setelah fluktuatifnya lebih stabil akan ranking juga.
Apakah Boleh Link Building Selama Core Update?
Sure, selama kita build high quality links, it’s safe dan setelah updatenya selesai akan kembali ranking juga.
Butuh konsultasi SEO untuk kami analysis website Anda?
Jika Anda membutuhkan bantuan analysis dari team SEO kami, silahkan hubungi kami dan kami siap untuk analisis dan susun strategi agar website Anda kembali on track di SERP Google.
Hi gan, saya salah satu customer omnirank dan baru baca artikel ini dari email yang masuk. Mau tanya gan terkait content duplication. Semisal konsepnya seperti ini gimana?
Pillar content : Cara membasmi nyamuk
Support content 1 : Cara membasmi nyamuk menggunakan spray
Support content 2 : Cara membasmi nyamuk menggunakan bahan alami
Support content 3 : Cara membasmi nyamuk menggunakan perangkap nyamuk
dst
Ada saran?
Hi gan Alex, Jika keyword “Cara membasmi nyamuk menggunakan spray” tidak terlalu high search volume, maka bisa dijadikan sebagai subtopik dalam Pillar content mas.
mas
kalau saya punya
kw utama jasa seo
kw turunanya saya tembak jasa seo by kota besar apakah bleh
kw utama di buat pilar sisanya subtopik
Bisa mas, selama nama kotanya masih relevan di page nya
“Jika kita lihat Google Search Quality Guideline, disebutkan bahwa setiap website sebaiknya terdapat informasi contact tentang siapa yang menulis artikel tersebut”
Ini kontaknya berupa apa gan? link sosmed, nomor hp, atau email?
Berupa nama author, bio singkat terkait author, dan link social media (LinkedIn lebih bagus)